ini adalah tentang kisah Eni Kusumawati TKW asal Banyuwangi, Jatim, membuat sejarah. Bukunya yang berjudul Anda Luar Biasa tercatat sebagai buku motivasi pertama yang ditulis seorang pembantu rumah tangga asal Indonesia. Siapa sebenarnya Eni?
ENI terlahir dengan nama Eni Kusumawati pada 27 Agustus 1977. Dia tumbuh dan besar dalam asuhan keluarga kurang mampu di rumah sederhana di kawasan Kampung Arab, Banyuwangi, Jawa Timur. Kedua orang tuanya mengandalkan hasil jualan kerupuk keliling di pasar yang tidak jauh dari rumahnya. Penghasilan itu dirasa sangat kurang untuk menghidupi dia dan ketiga kakak perempuannya.
Sejak kecil, Eni punya kekurangan; gagap ketika bicara. Karena telaten berlatih bicara, gagapnya sudah banyak berkurang saat dia masuk SMPN 3 Singotrunan, Banyuwangi.
Ketika duduk di bangku SMP, Eni pernah dihukum sekolah karena tidak mampu membeli sepatu yang diwajibkan sekolah. “Kaus kaki pun punya hanya sepasang, apalagi seragam sekolah. Jika hujan, baju saya tidak dicuci,” kenangnya.
Setamat SMP, Eni melanjutkan sekolah di SMAN 1 Banyuwangi (kini SMAN 1 Glagah). Berbeda dengan saat bersekolah di SMP, perjalanan Eni selama di SMA lancar-lancar saja. Setamat SMA dia sempat bekerja di sebuah perusahaan kecil sebagai tenaga administrasi. Tidak beberapa lama, tempat kerjanya bangkrut.
Eni tidak betah menjadi pengangguran. Tekadnya pun bulat untuk berangkat bekerja ke luar negeri sebagai pembantu rumah tangga. “Motivasi saya bekerja adalah mencari pengalaman sekaligus mencari uang untuk kebutuhan hidup keluarga saya,” ujar bungsu tiga bersaudara itu.
Pada 2001, anak pasangan M. Yasin dan Asfia tersebut berangkat kerja ke Hongkong sebagai pembantu rumah tangga. Di Hongkong Eni mengurusi segala kebutuhan keluarga Chan. Mulai merawat anak, mengepel, setrika, hingga membersihkan rumah. “Tiga bulan pertama bekerja, saya tidak mendapatkan gaji dan diwajibkan untuk menguasai bahasa Kanton,” katanya.
Sebagai pembantu rumah tangga, Eni merasa setiap waktu adalah berharga. Karena sangat hobi membaca, dia setiap ada waktu luang menyempatkan diri untuk membaca. Seiring perjalanan waktu, anak juragannya mulai beranjak usia sekolah. Waktu itu setiap hari Eni mengantar anak juragannya sekolah.
“Saat anak juragan saya sekolah, saya menyempatkan diri ke internet dan perpustakaan. Enaknya, perpustakaan di sana menggunakan fasilitas internet dan membaca buku gratis,” kata wanita berjilbab itu.
Lewat internet, dia banyak belajar hingga akhirnya bergabung di milis kepenulisan di Hongkong Koosta. Di sana tempat TKW yang doyan menulis bergabung menjadi satu untuk mengekspresikan dirinya.
Eni pun menemukan situs www.Pembelajar.com yang menjadi jalan pembuka untuk mengubah jalan hidupnya. Situs tersebut merupakan kurikulumnya, sedangkan milis adalah tempat praktiknya. Kurang lebih enam bulan dia dibimbing Edy Zaques di situs itu. “Website ini sangat luar biasa. Saya mendapatkan apa pun di dalamnya,” ujarnya.
Lahir dari keluarga serbapas-pasan dan sejak kecil harus berhadapan dengan segala kekurangan itulah yang mendorong Eni selalu belajar. Hingga akhirnya, dia mencapai kesuksesan dengan menulis buku yang berjudul Anda Luar Biasa yang tercetak hingga 3.000 eksemplar.
Kontan, buku yang berisi tentang kehidupan Eni di Hongkong itu mendapatkan pujian dari penulis buku best seller, antara lain, Andrie Wongso, Tung Desem Waringin, Adi W. Gunawan, dan Bonari Nabonenar.
Tak sedikit pujian yang mampu mencengangkan bahwa tulisan Eni adalah tulisan yang sangat luar biasa. Tung Desem Waringin mengatakan, tulisan Eni sangat dahsyat.
Eni berpandangan bahwa berprofesi apa pun, entah itu tukang becak, tukang sapu, hingga pembantu rumah tangga, jika ingin sukses harus selalu belajar dan belajar. “Sejak kecil saya suka membaca. Namun, keluarga saya termasuk keluarga tidak mampu. Jadi, saya suka membaca apa pun. Koran bungkus nasi pun saya baca,” katanya
Puluhan puisi dan novelnya dibaca oleh kumpulan penulis dan novelis Indonesia maupun Hongkong. Eni mengatakan, puisinya yang berjudul Ajari Aku Kaya Om dijadikan buku bersama 100 penyair Indonesia dalam buku Jogja 5,9 Skala Richter. “Saat itu, saya bangga sekali,” ujarnya.
Selain itu, karya Eni ada di kumpulan cerpen Majalah Peduli milik Bonari Naboenar serta Majalah Ekspresi di Hongkong.
Sebagai TKW, Eni juga pernah mengalami nasib tragis. Dia pernah menjadi sasaran amukan juragannya hingga diusir. Dia pun pergi ke salah satu organisasi buruh di Hongkong yang bernama APPIH.
Saat itu saya bingung di-terminate (dipecat sebelum masa kontrak) atau tidak,” kata istri Hisam itu.
Namun, setelah diurus oleh agensi di Hongkong, juragan Eni menyusul ke APPIH. Keluarga Chan pun meminta maaf dan meminta Eni kembali ke rumahnya. Namun, saat itu Eni menolak. “Siapa yang tidak sakit hati. Kami tiba-tiba diusir begitu saja,” tuturnya.
Namun, setelah majikannya berjanji tidak mengulangi lagi, hati Eni pun luluh. Dia akhirnya kembali bekerja di rumah keluarga Chan. “Pada Februari 2007, saya putuskan untuk kembali ke Indonesia. Saya pulang ke rumah saya di Banyuwangi,” katanya. (*)
ENI terlahir dengan nama Eni Kusumawati pada 27 Agustus 1977. Dia tumbuh dan besar dalam asuhan keluarga kurang mampu di rumah sederhana di kawasan Kampung Arab, Banyuwangi, Jawa Timur. Kedua orang tuanya mengandalkan hasil jualan kerupuk keliling di pasar yang tidak jauh dari rumahnya. Penghasilan itu dirasa sangat kurang untuk menghidupi dia dan ketiga kakak perempuannya.
Sejak kecil, Eni punya kekurangan; gagap ketika bicara. Karena telaten berlatih bicara, gagapnya sudah banyak berkurang saat dia masuk SMPN 3 Singotrunan, Banyuwangi.
Ketika duduk di bangku SMP, Eni pernah dihukum sekolah karena tidak mampu membeli sepatu yang diwajibkan sekolah. “Kaus kaki pun punya hanya sepasang, apalagi seragam sekolah. Jika hujan, baju saya tidak dicuci,” kenangnya.
Setamat SMP, Eni melanjutkan sekolah di SMAN 1 Banyuwangi (kini SMAN 1 Glagah). Berbeda dengan saat bersekolah di SMP, perjalanan Eni selama di SMA lancar-lancar saja. Setamat SMA dia sempat bekerja di sebuah perusahaan kecil sebagai tenaga administrasi. Tidak beberapa lama, tempat kerjanya bangkrut.
Eni tidak betah menjadi pengangguran. Tekadnya pun bulat untuk berangkat bekerja ke luar negeri sebagai pembantu rumah tangga. “Motivasi saya bekerja adalah mencari pengalaman sekaligus mencari uang untuk kebutuhan hidup keluarga saya,” ujar bungsu tiga bersaudara itu.
Pada 2001, anak pasangan M. Yasin dan Asfia tersebut berangkat kerja ke Hongkong sebagai pembantu rumah tangga. Di Hongkong Eni mengurusi segala kebutuhan keluarga Chan. Mulai merawat anak, mengepel, setrika, hingga membersihkan rumah. “Tiga bulan pertama bekerja, saya tidak mendapatkan gaji dan diwajibkan untuk menguasai bahasa Kanton,” katanya.
Sebagai pembantu rumah tangga, Eni merasa setiap waktu adalah berharga. Karena sangat hobi membaca, dia setiap ada waktu luang menyempatkan diri untuk membaca. Seiring perjalanan waktu, anak juragannya mulai beranjak usia sekolah. Waktu itu setiap hari Eni mengantar anak juragannya sekolah.
“Saat anak juragan saya sekolah, saya menyempatkan diri ke internet dan perpustakaan. Enaknya, perpustakaan di sana menggunakan fasilitas internet dan membaca buku gratis,” kata wanita berjilbab itu.
Lewat internet, dia banyak belajar hingga akhirnya bergabung di milis kepenulisan di Hongkong Koosta. Di sana tempat TKW yang doyan menulis bergabung menjadi satu untuk mengekspresikan dirinya.
Eni pun menemukan situs www.Pembelajar.com yang menjadi jalan pembuka untuk mengubah jalan hidupnya. Situs tersebut merupakan kurikulumnya, sedangkan milis adalah tempat praktiknya. Kurang lebih enam bulan dia dibimbing Edy Zaques di situs itu. “Website ini sangat luar biasa. Saya mendapatkan apa pun di dalamnya,” ujarnya.
Lahir dari keluarga serbapas-pasan dan sejak kecil harus berhadapan dengan segala kekurangan itulah yang mendorong Eni selalu belajar. Hingga akhirnya, dia mencapai kesuksesan dengan menulis buku yang berjudul Anda Luar Biasa yang tercetak hingga 3.000 eksemplar.
Kontan, buku yang berisi tentang kehidupan Eni di Hongkong itu mendapatkan pujian dari penulis buku best seller, antara lain, Andrie Wongso, Tung Desem Waringin, Adi W. Gunawan, dan Bonari Nabonenar.
Tak sedikit pujian yang mampu mencengangkan bahwa tulisan Eni adalah tulisan yang sangat luar biasa. Tung Desem Waringin mengatakan, tulisan Eni sangat dahsyat.
Eni berpandangan bahwa berprofesi apa pun, entah itu tukang becak, tukang sapu, hingga pembantu rumah tangga, jika ingin sukses harus selalu belajar dan belajar. “Sejak kecil saya suka membaca. Namun, keluarga saya termasuk keluarga tidak mampu. Jadi, saya suka membaca apa pun. Koran bungkus nasi pun saya baca,” katanya
Puluhan puisi dan novelnya dibaca oleh kumpulan penulis dan novelis Indonesia maupun Hongkong. Eni mengatakan, puisinya yang berjudul Ajari Aku Kaya Om dijadikan buku bersama 100 penyair Indonesia dalam buku Jogja 5,9 Skala Richter. “Saat itu, saya bangga sekali,” ujarnya.
Selain itu, karya Eni ada di kumpulan cerpen Majalah Peduli milik Bonari Naboenar serta Majalah Ekspresi di Hongkong.
Sebagai TKW, Eni juga pernah mengalami nasib tragis. Dia pernah menjadi sasaran amukan juragannya hingga diusir. Dia pun pergi ke salah satu organisasi buruh di Hongkong yang bernama APPIH.
Saat itu saya bingung di-terminate (dipecat sebelum masa kontrak) atau tidak,” kata istri Hisam itu.
Namun, setelah diurus oleh agensi di Hongkong, juragan Eni menyusul ke APPIH. Keluarga Chan pun meminta maaf dan meminta Eni kembali ke rumahnya. Namun, saat itu Eni menolak. “Siapa yang tidak sakit hati. Kami tiba-tiba diusir begitu saja,” tuturnya.
Namun, setelah majikannya berjanji tidak mengulangi lagi, hati Eni pun luluh. Dia akhirnya kembali bekerja di rumah keluarga Chan. “Pada Februari 2007, saya putuskan untuk kembali ke Indonesia. Saya pulang ke rumah saya di Banyuwangi,” katanya. (*)
Sumber : http://lensamata.wordpress.com